Littletalks bisa dibilang surganya para pecinta buku, terutama yang suka membaca buku di cafe. Selain Library Cafe, Littletalks yang terletak di Jalan Bisman Ubud ini bisa menjadi wadah bagi para seniman dan sastrawan, juga area untuk berdiskusi santai bersama. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan di Littletalks diantaranya adalah flower arragement workshop, music in the library dan juga beberapa film screening.
Selain membaca di Cafe, kalau pengunjung tertarik dengan isi buku dan ingin membacanya di rumah, tidak perlu khawatir. Kita bisa meminjam buku dengan biaya yang sangat murah yaitu hanya seribu rupiah sehari.
Erma, founder Littletalks bercerita mengenai awal mula dibukanya Littletalks Ubud. Katanya, hal dimulai dari kegelisahan dirinya dengan teman-temannya tentang minimnya tempat nongkrong di Ubud yang community friendly.
“Kami terinspirasi membuat sebuah tempat di mana teman-teman bisa berkumpul, ngobrol, membuat kegiatan atau event dengan nyaman. Kenapa library karena saya dan salah satu founder lainnya kami sangat dekat dengan buku, awalnya buku-buku yang dipajang adalah koleksi pribadi kami. Lama-lama banyak buku kami peroleh dari donasi pengunjung dan toko buku, kami ingin tempat ini menjadi hub untuk teman-teman komunitas dari berbagai bidang dan dari tempat ini bisa lahir ide-ide besar. ” cerita Erma.

Erma perpendapat jika saat ini buku sedang menjadi tren tersendiri. “Sepertinya buku sedang menjadi semacam trend ya di kalangan anak muda. Terlebih dengan banyaknya bermunculan books influencer di instagram dan tiktok juga dengan semakin banyak indie book store. Sepertinya social media pengaruh cukup besar sebagai platform untuk mengenalkan buku kepada masyarakat luas khususnya anak muda,” katanya.
Media sosial pun kini memang sering dipenuhi oleh isi tentang buku, “paling tidak sekarang orang-orang mulai nyari kutipan-kutipan dari buku untuk caption atau sekedar berfoto estetik dengan buku atau lemari buku. Ini menurut saya salah satu cara untuk mengenalkan ke orang-orang bahwa buku itu bukan hal yang nyeremin, buku juga sesuatu yang bisa dianggap keren,” lanjut Erma.
Selain buku, kopi yang disajikan di Littletalk tidak kalah menariknya. “Kopi yang kami sajikan di Littletalks itu adalah kopi yang kami panen bekerjasama dengan petani kopi muda dari desa Kiadan, Plaga. Kami sudah bersama mereka sejak 2018, dari yang awalnya satu petak kebun, sekarang sudah berkembang bahkan sampai mengajak kebun-kebun tetangga untuk turun menanam kopi dengan baik dan benar,” cerita sang founder. Makanan yang disajikan pun bervariasi, biasanya yang menjadi menu favorit adalah nasi goreng ijo, tonkatsu burger dan smoothie bowl.
Cafe yang telah berdiri tujuh tahun pada bulan Agustus 2023 ini berharap bisa terus bertahan. “Mimpi kami tentu saja brand dan bisnis ini bisa bertahan hingga ratusan tahun, seperti Café du Dôme atau Café La Rotonde yang menjadi tempat nongkrong sastrawan dan seniman Paris seperti Ernest Hemingway to F. Scott Fitzgerald, maka di Bali ada Littletalks yang menjadi wadah bagi para seniman dan sastrawan Bali,” harap Erma.

