“Manis Manis”, Solo Exhibition Dayu Sartika di ArtHotel Sanur

Dayu Sartika berkolaborasi dengan Art Hotel Sanur mengelar pameran bertajuk “Manis Manis” yang diadakan pada 1 September – 14 November. Dayu Sartika adalah pelukis muda kelahiran desa Seririt di Bali utara. Ia didiagnosis kanker payudara pada tahun 2015, lalu menemukan kekuatan dirinya kembali lewat seni.

Dayu pun menceritakan kisah hidupnya. “Saya sudah suka menggambar sejak kecil, dan juga masuk perguruan tinggi dengan jurusan seni rupa di Universitas Pendidikan Ganesha dan lulus tahun 2020. Sejak lulus itu saya fokus melukis. Tahun 2020 itu saya mulai menemukan alasan yang lebih kuat kenapa saya harus melukis atau berkarya, saya sudah sakit kanker payudara dari tahun 2015 tapi belum sembuh juga. Jadi saya gunakan kebisaan saya untuk terapi diri,” katanya.

Selain melukis, Dayu juga menyalurkan bakat seninya untuk membuat paper clay. “Untuk paper clay yang akhir-akhir ini juga ikut hadir, itu wujud kelanjutan apa yang ada di kepala saya. Karena paper clay sangat gampang dibentuk dan mudah kering, jadi saya eksplorasi ke medium itu juga. Sudah tiga kali pameran selalu membawa paper clay tentang isi kepala saya,” cerita Dayu.

Karya Dayu Sartika yang dipamerkan di Arthotel Sanur

Dayu bercerita lebih lanjut mengapa ia melukis sesuatu yang manis. “Saat melukis, saya merasa paling bahagia. Karena bisa menciptakan dunia yang ingin saya tinggali, dunia yang nyatanya tidak semanis itu. Saya sudah tidak bisa memakan makanan manis karena sakit, tapi saya berusaha berdamai dengan cara menggambar mereka. Walau sebenarnya tidak bisa lagi saya makan, mereka masih bisa saya gambarkan. Kalau pun dipaksakan, artinya saya menukarkan nyawa saya untuk itu,” jelas Dayu.

Lebih lanjut Dayu menceritakan tiga karyanya yang menurutnya sangat spesial. “Sebenarnya semuanya punya kisahnya masing-masing, tapi yang sangat saya sukai itu instalasi Cloud Nine, Ready to Eat #1 dan seri Desserts for Myself,” katanya.

Bukan hanya objeknya saja yang disukai Dayu, tapi juga prosesnya. “Proses ketiga karya yang saya suka ini sama-sama membuat saya dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar. Cloud nine, saya berusaha mengingat bentuk tubuh manusia, jadi saya harus berulang kali mengecek tubuh saya secara langsung. Lalu di Ready to Eat #1 saya fokus pada wajah saya, saya ingin menumpahkan emosi saya di sana. Desserts for Myself, karena paling banyak kue disini, saya ngiler luar biasa, tapi saya menang karena berhasil tidak menukarkan nyawa saya hanya untuk memenuhi keinginan lidah saya,” jelas Dayu.

Dayu memberikan saran bagi kita yang sedang merasa pedih dengan kenyataan. Ia memberi saran untuk tidak perlu terlalu larut dengan kepedihan kita. “Mari berpura-pura merasa tenang dan nyaman, hingga lupa sedang berpura-pura. Semoga teman-teman yang hadir melihat karya saya, bisa merasakan bagaimana nyamannya hati saya ketika mereka diciptakan. Serta bisa saling sharing jika memang ada hal yang relatable dengan saya, saya akan sangat senang jika ada yang memberikan feedback untuk hal ini,” pesannya.


Tinggalkan komentar