Badung, Kata Jurnal – Sebagai respons atas krisis iklim yang menelan korban jiwa di Bali beberapa waktu lalu, Dialog Lintas Iman digelar di Puja Mandala, Nusa Dua. Berlandaskan ajaran lintas agama sebagai pedoman, kegiatan ini menghasilkan deklarasi bersama yang menyerukan pemulihan lingkungan.
Lima pemimpin agama dari Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, GKPB Bukit Doa, dan Pura Jagatnatha bersatu menyuarakan kepedulian serta komitmen perlindungan bumi.
Puja Mandala, pusat peribadatan yang menghadirkan lima rumah ibadah dalam satu kompleks sekaligus menjadi simbol keberagaman dan persatuan. Dalam kegiatan bertema “Merawat Bumi sebagai Ibadah”, para pemuka agama menyampaikan perspektif ajaran masing-masing mengenai kewajiban menjaga lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab moral sekaligus ibadah.
KH. Ibnu Subhan dari Masjid Agung Ibnu Batutah menyampaikan, kalau kita tidak bisa dinasihati oleh ucapan, kita akan dinasihati dengan keadaan. “Kita yang ada di sini bisa punya solusi untuk warisan generasi selanjutnya,” kata Ibnu Subhan.
Perwakilan Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Alexander Sani Kelen, menyampaikan, kuasa manusia atas alam tidak mutlak. “Gereja memahami dirinya sebagai bagian dari dunia, dan mendorong pertobatan ekologis. Kita perlu membawa pemahaman bahwa bumi ini adalah rumah bersama, di mana segalanya saling terhubung satu sama lain. Krisis lingkungan juga merupakan krisis sosial.” ujar Alexander.
Selanjutnya, Pandita Nyoman Setiabudi dari Vihara Buddha Guna menyampaikan, kita harus mulai dengan hidup sederhana, penuh cinta kasih, dan menanam karma baik kolektif untuk generasi mendatang. “Semua saling bergantung. Bali sebagai pusat spiritual sudah mulai memperlihatkan tanda karma kolektif sebagai akibat dari pengelolaan lingkungan yang tidak seimbang,” ungkap Pandita.
Perwakilan dari GKPB Bukit Doa, Pendeta Wisesa menyampaikan: “Bumi adalah milik bersama. Kita perlu mendukung kebijakan pro lingkungan, mendorong zero waste, dan menghindari konsumerisme.”
Jero Ketut Subianta dari Pura Jagatnatha menjelaskan, dalam ajaran Hindu, kita melasti ke tepi laut. “Laut merupakan sumber, melebur dan menghanyutkan segala bentuk kekotoran, jasmani dan rohani. Oleh karena itu nilai kesucian dan kebersihan laut dijaga dan dilestarikan melalui berbagai jenis ritual.” terang Jero Ketut.
Acara ini bisa berjalan lancar berkat kolaborasi yang diselenggarakan oleh Climate Rangers Bali, Greenfaith Indonesia, dan 350 org. Dialog ini pun diakhiri dengan doa bersama lintas iman dan deklarasi komitmen menjaga bumi sebagai amanah Tuhan dan warisan anak-cucu.
(Foto: Dok. Indonesia Field Organizer 350.org)

